Thursday, November 13, 2008

SERI PENDALAMAN ALKITAB YAKOBUS (16) - Lidah

- Bagian 1
oleh Pendeta Jeremiah
Harapan saya studi kita selama ini tentang buku Yakobus telah membantu Anda untuk memahami kekayaan firman Tuhan. Pemahaman akan firman Tuhan sangatlah penting namun yang jauh lebih penting adalah kita harus hidup sesuai dengannya. Hanya dengan cara ini kita menjadi orang yang sesungguhnya diberkati. Karena itu marilah kita dengan rasa kagum dan takjub merenungkan bersama firman Allah.
Kita akan mulai mempelajari pasal 3 hari ini. Kita akan membaca dari Yakobus 3.1-12. Sebenarnya, terdapat satu tema yang sangat menonjol di pasal 3. Ayat-ayat 1-12 mendiskusikan tentang persoalan lidah. Ayat-ayat 13-18 adalah tentang hikmat. Bagaimanapun, jika akan merenungkannya dengan seksama, Anda akan melihat bahwa terdapat satu tema yang sangat jelas yang mengaitkan kedua hal itu. Sebenarnya kedua bagian itu mendiskusikan persoalan yang sama. Saya akan meninggalkan Anda untuk memikirkan tentang pertalian di antara kedua perikop ini. Renungkan dengan seksama apa pertalian di antara kedua perikop ini jika Anda punya waktu.
Kita akan memusatkan perhatian dari ayat 1-ayat 6. Di kesempatan yang akan datang kita akan melihat pada ayat-ayat 7-12 secara lebih rinci. Hari ini saya tidak akan membicarakan ayat 1-2. Saya akan kembali kepada kedua ayat ini di studi kita yang akan datang tentang buku Yakobus. Saya akan mendiskusikan persyaratan khusus yang diperlukan untuk menjadi seorang pengajar. Apakah Yakobus mau membujuk kita untuk tidak menjadi pengajar karena tidak ada satu pun di antara kita yang berani mengklaim bahwa kita tidak pernah berbuat salah dalam hal lidah? - Kita akan menangani persoalan-persoalan ini di diskusi kita yang akan datang.
Yakobus 3.1-12 mendiskusikan tentang persoalan lidah. Sebelum kita masuk untuk melihat dengan lebih mendalam, mari kita lihat apakah terdapat satu pertalian di antara pasal 2 dan 3 dan juga mengambil kesempatan ini untuk lebih menangkap gambaran keseluruhannya. Pasal 3 berbicara mengenai berbagai masalah yang ditimbulkan oleh lidah. Pasal 2 berbicara mengenai mendengar dan melakukan firman, tentang perlunya memiliki iman dan perbuatan. Renungkan hal ini: apa efek buruk yang akan dihasilkan dalam diri seorang yang mendengar firman tetapi tidak melakukannya? Konsekuennya sangat jelas kepada semua orang: seorang yang mendengar firman tetapi tidak melakukannya akan semakin menimbum pengetahuan tentang Alkitab tanpa menunjukkan pertumbuhan spiritual. Sedikit demi sedikit ia akan mulai menggenakan firman Tuhan untuk menyerang orang lain. Dengan demikian firman Tuhan akan menjadi senjata yang ia gunakan untuk menyerang orang lain. Gejala ini sering terlihat di dalam gereja.
Sangatlah penting bahwa kita mendengar firman dan melakukannya. Jika firman Tuhan tidak mengubah kehidupan kita, hal yang akan terjadi adalah kita akan menggunakannya untuk menghakimi dan mengkritik orang lain. Mungkin sambil Anda mendengar sekarang, Anda sedang berpikir, 'Hal ini justru merupakan masalah si anu. Mungkin ada baiknya saya memintanya untuk mendengarkan pesan ini untuk membantunya melihat masalahnya.'
Janganlah terlalu cepat menggunakan firman Tuhan ke atas orang lain. Cermin ini, atau firman Tuhan ini, diberikan pertama-tama kepada kita untuk kita mengaca atau melihat kondisi diri kita sendiri. Apakah mungkin bahwa orang yang sangat perlu melihat masalahnya adalah diri Anda sendiri? Mungkin Anda lupa memandang ke cermin itu karena Anda begitu terburu-buru menggunakan cermin itu ke atas orang lain. Jika Anda mendengar firman Tuhan dengan sikap yang demikian, maka pasal 3 ini adalah untuk Anda.
Kita dapat juga melihat pada hubungan di antara pasal 2 dan 3 dari sudut iman dan perbuatan. Anda dapat berbangga tentang betapa besarnya iman yang Anda miliki, tentang betapa besarnya kasih Anda pada Tuhan. Namun, persoalannya adalah: apakah Anda mempunyai kekuatan untuk menguasai lidah Anda? Hal-hal apa saja yang keluar dari lidah Anda setiap hari? Hal-hal yang keluar dari mulut Anda menunjukkan iman apa yang Anda miliki. Jadi, kita kembali kepada persoalan tentang membuktikan iman kita lewat tindakan kita setiap hari.
Mungkin Anda telah memerhatikan bahwa Yakobus 1.26 berbicara mengenai lidah. Isi kandungan ayat ini sangat mirip dengan yang tertulis di Yakobus 3.2. Dari sini kita dapat melihat bahwa pasal 3 sebenarnya sangat erat kaitannya dengan ayat yang sebelumnya. Pasal 3 berbicara mengenai konsekuensi mendengar fiman dan tidak melakukannya. Yakobus 3.2 memberitahu kita bagaimana untuk menilai apakah seorang Kristen itu sempurna ('sempurna' di sini menunjuk kepada dewasa secara spiritual). Rasul Yakobus memberitahu kita bahwa kedewasaan spiritual bergantung pada apakah kita mempunyai kekuatan untuk mengekang lidah kita. Demikian juga, Yakobus 1.26 memberitahu kita bahwa tanda seorang yang sesungguhnya beribadah adalah bahwa ia dapat mengekang lidahnya sendiri.
Tiga pokok utama tentang lidah
Mari saya rangkumkan beberapa prinsip spiritual yang sangat penting di Yakobus 3.1-6 dalam 3 pokok berikut:
Pertama, Yakobus 3.1-12 mengingatkan kita tentang lidah kita, bahwa percakapan kita mencerminkan kondisi spiritual kita. Mungkin prinsip ini kedengarannya aneh tetapi hal ini sangatlah benar di dalam praktek. Sebagai contoh, memerhatikan hal lidah adalah salah satu alat diagnostik yang digunakan dalam pengobatan Cina untuk mengukur keadaan kesehatan seseorang. Jika Anda ke seorang sinseh, ia seringkali akan meminta Anda untuk menjulurkan lidah Anda untuk ia periksa. Kepada orang yang tidak berpengalaman, ini bukan suatu hal yang berarti. Tetapi kepada seorang doktor yang berpengalaman, warna dan bentuk lidah Anda menyingkapkan banyak hal tentang kondisi kesehatan Anda. Ini juga benar di tingkat spiritual. Kata-kata yang lazim Anda ucapkan secara langsung menggambarkan kondisi spiritual Anda. Sebagai contoh, saat Anda tidak puas atau jengkel dengan seseorang, Anda akan secara natural mengungkapkan ketidak-puasan Anda terhadap orang itu setiap kali Anda berbicara mengenainya.
Mari kita lihat pada Matius 12.33-37. Di sini Yesus memberitahu kita bahwa pohon yang baik menghasilkan buah yang baik dan buah yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik. Buah macam apa ini? Hal apa tentang seseorang yang dapat memberitahu kita apakah ia satu pohon yang baik atau tidak? Yesus memberitahu kita bahwa hal yang memberitahu kita adalah ucapan orang itu karena semua yang keluar dari lidah datangnya dari renungan hatinya - intisari atau esensi siapa kita sebenarnya. Yesus memberitahu kita bahwa ucapan orang yang baik sangatlah baik karena hatinya baik; ucapan yang mengalir dari orang yang hatinya jahat adalah jahat karena apa yang keluar dari hati adalah jahat. Jadi, apa Anda melihatnya? Rasul Yakobus tidak sedang berbicara dari pikirannya sendiri tetapi ia sedang menguraikan ajaran Yesus.
Hal kedua, kita lihat dari ayat 4-5 bahwa lidah mempunyai kuasa yang besar untuk mempengaruhi walaupun ukurannya sangatlah kecil. Yakobus 3.4 membandingkan lidah kepada kemudi kecil yang dapat mengendali arah sebuah kapal walaupun ia sangat kecil dibandingkan dengan ukuran kapal. Ayat 5 berkata bahwa lidah itu adalah anggota paling kecil di antara anggota-anggota tubuh namun ia dapat membanggakan hal-hal yang besar. Lidah juga seperti percikan api kecil yang dapat membuat seluruh hutan terbakar. Saya tidak tahu apakah Anda menyadari bahwa walaupun lidah kita itu panjangnya hanya 3 inci, ia mempunyai kuasa dan dampak yang sangat besar. Pernahkah Anda memerhatikan bagaimana masalah dalam hubungan antar-pribadi muncul hanya karena satu kata?
Saya ingat tentang seorang saudara yang memberitahu saya tentang saudara yang lain yang ia kunjungi di kota yang lain. Ia berkata, 'Saudara itu tidak berada dalam kondisi spiritual yang bagus. Ia telah menjadi sangat sombong. Sebaiknya Anda berbicara kepada dia tentang hal ini jika ada berkesempatan bertemu dengan dia atau berbicara kepada dia.' Lalu, ia mengutip beberapa contoh sebagai bukti bahwa saudara yang satu lagi sekarang sudah jatuh ke dalam masalah spiritual. Di waktu itu, saya dipengaruhi oleh apa yang disampaikan kepda saya. Saya sudah dua atau tiga tahun tidak bertemu dengan saudara yang dikatakan sudah bermasalah dan saya tidak dapat memahami mengapa ia dapat menjadi begitu. Bagaimanapun saya berusaha untuk menyingkirkan kritikan yang saya dengar karena saya tidak mau hal itu mempengaruhi gambaran saya tentang saudara itu. Saya meminta Tuhan memberikan kepada saya obyektivitas dan hati yang terbuka saat saya bertemu dengannya di waktu akan datang. Akhirnya saya mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan saudara itu, saya menemukan bahwa ia sama sekali tidak seperti yang digambarkan. Dari sini saya menyadari betapa mengerikan lidah itu - satu kata mempunyai potensi untuk mempengaruhi hubungan di antara manusia.
Para rabi Yahudi juga menyadari tentang bahayanya kuasa lidah. Mereka berkata, 'dosa karena fitnah itu lebih parah dari dosa pembunuhan.' Membunuh itu hanya meniadakan hidup seseorang tetapi orang yang difitnah masih harus menanggung tuduhan dan aib selama hidupnya. Rasa sakit semacam ini jauh lebih susah ditanggung dibandingkan dengan maut. Jadi, kita sesungguhnya harus sangat mengingat peringatan yang diberikan oleh Yakobus. Kita harus mengawal lidah kita dengan sangat berhati-hati dan jangan pernah sekali-kali menggunakannya untuk menyakitkan orang lain. Kita sering berpikir bahwa kita mempunyai hak dan kebebasan untuk berkata apa yang kita mau. Sebab itu, kita tidak berpikir dua kali sebelum mengkritik orang lain. Ada beberapa orang Kristen yang percaya bahwa mereka adalah penjaga saudaranya dan dengan demikian mereka harus membicarakan yang benar. Lalu, kita menghakimi sesama sesuka hati kita. Saya pernah mendengar seorang pengkhotbah menjatuhkan pengkhotbah yang lain sebagai penyesat. Di waktu itu saya bertanya kepada dia, 'Apakah Anda mengenal pengkhotbah yang Anda kritik itu atau pernahkah Anda mendengar khotbahnya?' Alangkah kagetnya saya, karena ia menjawab, 'Saya tidak pernah bertemu dengan dia atau mendengar khotbahnya!' Ia memberitahu saya, ia berkata demikian karena ia mendengar dari pengkhotbah lain membicara demikian tentang pengkhotbah yang dituduhnya sebagai sesat. Namun, semuanya itu hanyalah kabar angin, yang tidak dapat dibuktikan sama sekali. Kita harus sangat sangat berhati-hati dengan lidah ini agar ia tidak tanpa disadari menjadi alat yang dipakai Iblis untuk membunuh.
Hal yang ketiga, di ayat 6, rasul Yakobus memberitahu kita bahwa lidah mempunyai kekuatan untuk membinasakan hidup. Lidah itu seperti api. Ia akan membinasakan orang lain dan pada akhirnya membinasakan diri kita sendiri jika kita tidak dapat menguasainya. Pembinasaan yang saya bicarakan adalah hilangnya keselamatan karena seperti yang dikatakan di ayat 6, lidah dapat mengarahkan hidup kita ke dalam api. Dengan kata lain, ia dapat membinasakan hidup. Hal inilah yang diperingatkan oleh Yesus kepada kita di Matius 5.22, 'dan barangsiapa yang berkata, 'Kamu jahil/bodoh', sudah layak diutus ke neraka yang menyala-nyala.' Apakah Anda memahami apa artinya ini? Banyak orang setelah mereka percaya pada Tuhan, mereka tidak berani untuk menggunakan kekerasan untuk membalas orang yang telah membuat mereka tidak senang. Tetapi, mereka menggunakan lidah mereka untuk membalas. Mereka akan menggunakan kata-kata untuk menyakiti orang lain atau mereka akan memfitnah orang di belakang. Berwaspadalah karena Yesus memberitahu kita bahwa Ia akan menghakimi kita untuk setiap kata yang tidak membangun.
Perlu diperhatikan bahwa Matius 12.36-37 memberi kita satu peringatan yang sangat keras. Yesus sendiri memberitahu kita bahwa Allah akan menggunakan kata-kata yang kita ucapkan untuk menghakimi apakah kita benar atau jahat pada Hari Penghakiman itu nanti. Perhatikan ayat 37 berbicara mengenai 'dibenarkan' atau 'dihukum'. Bukankah di pesan yang lalu kita berbicara mengenai bagaimana seseorang dibenarkan? Yesus memberitahu kita di sini bahwa penghakiman didasarkan pada setiap kata yang keluar dari lidah kita karena ucapan kita mencerminkan siapa kita.
Saya harap di saat kita membaca ayat 6, kita mengerti bahwa Yakobus tidak sedang berkata bahwa lidah itu sendiri jahat. Seperti yang dikatakan oleh Yakobus 1.17, segala sesuatu yang Allah karuniakan itu baik, karena itu, lidah itu baik karena itu adalah pemberian Allah. Tidaklah mungkin bagi Allah untuk memberikan kita sesuatu yang jahat. Yakobus memberitahu kita bahwa masalah dengan lidah sebenarnya mencerminkan masalah yang ada di dalam diri kita. Kita tidak dapat melihat dengan mata kita sendiri bagaimana diri kita di dalam, tetapi kita dapat melihat bagaimana keadaan batin kita dengan melihat pada ucapan kita. Tidaklah susah bagi Anda untuk mengetahui kondisi spiritual Anda sendiri jika Anda punya waktu untuk dengan tenang memerhatikan kata-kata dan akibat dari ucapan Anda itu.
Ayat 5 berkata bahwa lidah adalah seperti percikan kecil api yang dapat membinasakan seluruh hutan. Ayat 6 berbicara tentang lidah sebagai sesuatu yang mencemari seluruh tubuh. Kata 'tubuh' di sini menunjuk kepada gereja sementara 'lidah' dapat merujuk kepada anggota-anggota gereja itu. Pernahkah Anda memerhatikan bahwa seluruh kerukunan gereja dapat dibinasakan hanya oleh beberapa jemaat yang tidak mempunyai penguasaan diri di dalam ucapan mereka? Selalunya, bagaimana Anda menggunakan lidah Anda? Apakah kata-kata dari lidah Anda mempromosikan keharmonisan di antara jemaat atau kata-kata Anda justru memunculkan kecurigaan dan perpecahan? Yakobus mengingatkan kita untuk sangat berhati-hati dalam menggunakan lidah kita.
Mari saya simpulkan di sini. Semua persoalan yang ditimbulkan oleh Yakobus di sini tentunya diarahkan kepada orang yang hanya mendengar fiman tetapi tidak melakukannya. Karena mereka tidak hidup di bawah penguasaan Yesus, dan hidup mereka tidak diserahan kepada control dan pimpinan Roh Kudus, karena itu mereka tidak mempunyai kekuatan untuk mengekang lidah mereka. Orang Kristen yang semacam ini akan akhirnya menjadi alat si Iblis untuk membinasakan kesatuan gereja dengan lidah mereka.
Di sisi lain, lidah yang sangat kecil ini juga dapat menghasilkan buah yang baik jika kita mengizinkan Yesus menjadi raja di dalam kehidupan kita setiap hari dan jika kita menyerahkan hati, pikiran dan ucapan kita ke bawah pimpinan Roh Kudus. Sebagai contoh, Alkitab mau kita menjadi orang yang membawa damai. Bagaimana kita membawa damai di antara dua pihak? - Ini bergantung bagaimana ucapan kita menyampaikan hikmat. Setiap kali terjadi perselisihan di antara anggota jemaat, kita dapat bertindak sebagai utusan damai, menyampaikan kata-kata perdamaian. Kapan saja orang membutuhkan penghiburan dan dukungan, kita dapat mengucapkan kata-kata yang pantas yang membangun dan menghibur hatinya. Renungkan hal ini: betapa indahnya gereja jika setiap orang Kristen bertekad untuk mengizinkan Roh Kudus untuk mempunyai control yang sepenuhnya ke atas kehidupan dan lidah kita! Tetapi jika kita tetap menjadi orang Kristen yang hanya menjadi pendengar fiman dan bukannya pelaku firman, maka lidah kita pasti hanya akan membawa kepedihan, perselisihan dan kekacauan di dalam jemaat. Anda ingin menjadi orang Kristen yang bagaimana?
Kita berhenti di sini. Di pesan yang akan datang, kita akan mempelajari Yakobus 3.7-12 dan kita akan melanjutkan diskusi kita tentang lidah.

No comments: